15 September 2008

Nilai Rp. 30.000 per Orang

Kehidupan di dunia dikenali awalnya, namun siapa pun tak akan tahu kapan berakhir. Siapa sangka kalau pilek yang menjadi medium kematian. Siapa kira kecelakaan kerja yang merenggut nyawa. Siapa yang menduga kalau bencana alam menghantar berakhirnya hayat di kandung badan. Yang paling terkini, siapa yang menyangka kalau uang sejumlah Rp. 30.000 per orang akan membuat saudara-saudara kita meninggal dunia. Kaum miskin ini tak mengantri untuk maksud menjemput kematian dan mencari derita. Mereka datang untuk mengambil praksis kepercayaan satu keluarga. Mereka datang karena ada nilai di rumah H. Syaichon. Nilailah yang dicari oleh mereka, bukan angka.
Sudah puluhan tahun H. Syaichon memberi zakat kepada masyarakat sekitar melalui acara pembagian langsung tunai kepada kaum miskin. Beliau pasti tak menduga kegiatan sedekahnya dipublikasikan sedahsyat sekarang ini. Kegiatan yang dilangsungkan di rumahnya di Pasuruan ini menjadi buah bibir karena terdapat korban meninggal (melebihi angka dua puluh). Mungkin kalau tidak ada korban maka kebaikan hati sang pemberi zakat tak akan diketahui oleh lebih banyak orang.
Di tengah kegiatan pembagian langsung tunai oleh negara, di tengah berjubelnya kasus korupsi, di tengah aksi terima suap pejabat negeri, kita temukan sosok H. Syaichon yang memberi bantuan langsung tunai kepada sahabat-sahabat yang berkekurangan. Menilik kebiasaan tahunan beliau memberi zakat, kita tak bisa mengelak dari kebenaran bahwa beliau memiliki semangat kedermawanan yang konsisten. Keutamaan tak sama dengan kebiasaan namun keutamaan bisa tumbuh dari kebiasaan. Saya tak ragu menyatakan bahwa beliau memiliki keutamaan hidup.
Saya tak sedang berbicara tentang hukum, saya juga tidak sementara berbicara soal ekonomi, saya juga tidak berfilsafat, saya tak pula berbicara agama namun saya sedang menggarisbawahi satu nilai dari peristiwa Rp. 30.000,- per orang ini: baik korban maupun H. Syaichon sama-sama menularkan dan mencari satu nilai, yakni NILAI SOLIDARITAS. Perhitungan tindakan kedua pihak didasarkan atas nilai yang sama: SOLIDARITAS. Nilai yang bisa saja memudar dalam diri saya. Semoga H. Syaichon, sang peziarah, diberikan jalan yang lapang untuk mengatasi masalah hidup, teristimewa menghadapi peristiwa pembagian zakat tahun ini. Semoga korban meninggal dianugerahi kebahagiaan kekal, setelah perjuangan di dunia. ***

Salam dan Hormat,
Johnson Steffan. D.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

walau bagaimanapun, kita harus berterima kasih kepada h. syaikhon dan para korban. karena, dg peristiwa yg menimpa mereka inilah, kita semakin tersadarkan akan pentingnya zakat dilakukan dg ikhlas dan profesional… :)

Una, mengatakan...

setuju, sir