14 September 2008

Menyapa Pemikir Sollipsistik

Berhadapan dengan polemik tentang pemikiran orisinil yang menafikan pengaruh pihak lain, saya tergerak untuk mengutip pemikiran salah satu filsuf yang bernama Imre Lakatos. Membedah pemikiran Imre Lakatos kiranya harus dilihat dalam dialog terhadap pemikiran Popper. Terhadap teori falsifikasi yang diajukan Popper sebagai kriteria demarkasi, Lakatos menambahkan bahwa bukan satu teori saja yang difalsifikasi sebagai ilmiah dan tidak ilmiah melainkan rangkaian dari teori-teori. Rangkaian teori-teori itu dihubungkan oleh kontinuitas. Pemikiran ini menghantar Lakatos pada apa yang dinamakan research programmes. Ada dua aturan metodologis dalam program-program riset ini, yaitu:
Heuristik negatif, yaitu aturan program riset yang memberitahukan cara yang harus dihindari.
Heuristik positif, yakni aturan program riset yang memberitahukan cara yang harus dijalani.
Bagi Lakatos, metodologi tersebut sangat penting dalam sejarah ilmu, sebab masalah yang berkaitan dengan logika penemuan tidak dapat dbahas secara tuntas kecuali dalam program-program riset. Masing-masing program riset harus memiliki suatu hipotesis dasar inti yang tak boleh difalsifikasi. Segala observasi data dapat memberi data yang memfalsifikasi bagian tertentu namun bukan memfalsifikasi dasar yang menjadi pokok tersebut.
Metodologi research programmes yang memandang teori-teori sebagai suatu rangkaian merupakan suatu sumbangan positif bagi ilmu pengetahuan. Disebut positif karena Lakatos memberi apresiasi hangat bagi integralitas teori-teori. Bersama Lakatos kita perlu menyangsikan pernyataan bahwa teori tunggal saja yang hendak dinilai sebagai ilmiah atau tidak ilmiah. Sebab jika hanya satu teori yang harus difalsifikasi maka yang terjadi adalah penumpukan teori-teori yang terfragmentasi setelah lolos falsifikasi. Struktur dan wajah ilmu pengetahuan dibentuk berdasarkan teori-teori lepas. Menjadi tak relevan jika teori tunggal diperhadapkan dengan kenyataa faktual global yang berada dalam relasi influensial.
Dengan mengafirmasikan teori sebagai suatu rangkaian membawa konsekwensi bahwa teori yang dibuang setelah difalsifikasi (Popper) adalah membongkar ilmu pengetahuan sebagai suatu totalitas. Adalah tidak mungkin meruntuhkan ilmu pengetahuan ilmu sebagai keseluruhan hanya karena bagian tertentu saja yang cacat. Maka tak heran Lakatos menyebut adanya inti teori yang lolos dari falsifikasi.Itulah sejarah ilmu yang terangkai sedemikian rupa tanpa suatu diskontinuitas.
Apa yang bisa dipetik dari seorang Lakatos? Kita tak mungkin berada di luar rangkaian teori-teori. Apapun yang kita konsepkan, teorikan, ungkapkan berada dalam pengaruh teori yang telah ada. Teori yang kita kemukakan tak bisa berada dalam sollipsisme. Oleh sebab itu, tak ada konseptor atau apapun namanya mendirikan teori yang tiba-tiba jatuh dari langit.

Dalam Perdebatan Keaslian Pandangan Individu,
Johnson Steffan. D.

Tidak ada komentar: