24 Oktober 2008

Disiplin

Percayakah anda bahwa ada manusia yang amat kaku menjalani kehidupan harian? Pasti percaya. Yang satu ini benar-benar kaku, bukan sembarang kaku. Dunia filsafat mengenal sosok bernama Immanuel Kant (1724-1804). Setiap hari, orang ini memiliki kegiatan yang sama. Dengan kata lain, kegiatan harian person yang senegara dengan Hitler ini berjalan monoton tiap harinya. Menurut berita semasa, orang sekota dengan Kant malah tak perlu melihat arloji manakala bersua dengannya. Misalnya, jika si filsuf ini sudah melewati balai kota Konigsberg maka hari sudah pukul setengah lima sore. Saya membayangkan kalau orang ini jadi pendiri salah satu agama maka akan banyak ritus yang harus dijalankan para pengikutnya, termasuk melewati balai kota setiap pukul setengah lima. Si Kant memang bukan pendiri agama, sehingga pengikutnya hanya mengikuti ide-idenya, sekaligus mengkritisi teorinya.
Nah, di antara kita tentu merasa kurang perlu berfilsafat dengan Kant, apalagi bicara ajaran agama dengannya mengingat Kant bukan ahli agama. Namun ada yang menarik dari kehidupan penikmat filsafat ini. Apa itu? Displin. Yang disebut terakhir ini bisa kita hubungkan dengan kata discipulus (bukan bahasa Indonesia) yang berarti murid. Salah satu karakter kemuridan adalah taat. Ya, tanpa ketaatan, seorang murid sulit untuk naik kelas, malah bisa jadi di-drop out oleh pihak sekolah. Dengan demikian, seorang yang disiplin sebenarnya adalah seorang yang taat. Pertanyaannya: kepada siapa kita taat? Silakan memberi jawaban sendiri-sendiri. Tentu jawabannya tak harus seperti pak Kant sehingga kalau kita ke toilet orang lain menjadi tahu pukul berapa hari itu. Eh, tapi boleh juga kalau kita sudah matang sebagai “bahan lelucon”. Get a great week end, friends.
In global crisis,
Johnson Steffan. D.

Tidak ada komentar: